Header Ads

Tragedi Bhopal (tugas Pencemaran Udara)



Tragedi Bhopal pada 1984 adalah musibah industri terburuk dalam sejarah dunia. Ia diakibatkan pengeluaran 40 metrik ton metil isosianat (MIC) secara tak sengaja dari pabrik pestisida Union Carbideyang terletak di kota Bhopal, di negara bagian Madhya Pradesh di India.
Pabrik tersebut dibuka pada 1969 dan diperluas untuk menghasilkan karbaril pada 1979. MIC merupakan perantara dalam pemhasilan karbaril.
Kecelakaan ini langsung menewaskan ribuan jiwa dan melukai antara 150.000 hingga 600.000 lainnya—15.000 di antaranya kemudian meninggal dari luka-luka tersebut. Ada yang menyebutkan jumlah kematian yang lebih tinggi.
Penyebabnya adalah dimasukkannya air ke dalam tangki-tangki berisi MIC. Reaksi yang kemudian terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya menetralisir gas tersebut sedang dimatikan untuk perbaikan. Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah keselamatan lainnya tidak dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai dengan standar di pabrik Union Carbide lainnya. Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.
Sebuah penyelidikan BBC pada 2004 memastikan bahwakontaminasi masih terus berlangsung.
25 TAHUN TRAGEDI BHOPAL Setengah Juta Warga India Minum Air Beracun
Tepat 25 tahun yang lalu, tangki penyimpanan gas pabrik pestisida di Bhopal, India, bocor. Ini menyebabkan 27 ton gas methyl isocyanate lepas ke udara. Situs The History Channel yang dilansir vivanews.com mengungkapkan, bahwa gas beracun dari pabrik Union Carbide tersebut naik ke langit, membentuk kumpulan awan yang menyelimuti kota Bhopal. Lebih dari 3.000 warga tewas akibat menghirup gas beracun. Selain itu, 50.000 lainnya dirawat karena mengalami keracunan. 
Tragedi Bhopal merupakan salah satu insiden industri paling mematikan di dunia. Lebih dari 500.000 penduduk terkena dampak gas beracun. 120.000 Di antaranya bahkan menderita berbagai penyakit, seperti kebutaan, kesulitan bernafas, serta kerusakan ginjal dan hati. Pemerintah India segera menutup pabrik Union Carbide tidak lama setelah insiden dan menahan tiga petingginya. Pada tahun 1989, Union Carbide membayar 470 miliar dolar AS kepada pemerintah India sebagai dana kompensasi insiden.
Pada Oktober 2004, Mahkamah Agung India menyetujui rencana kompensasi yang akan membayarkan ganti rugi sebesar 350 juta dolar AS kepada lebih dari 570.000 korban bencana.
Lahir Cacat Namun, tragedi yang sudah lewat 25 tahun itu rupanya masih menebar maut. Gas kimia yang bocor itu meracuni 500.000 penduduk setempat. Air yang mereka minum masih mengandung kadar racun yang tinggi dan anak-anak mereka pun lahir cacat.
Studi Medis Bhopal (BMA) yang berpusat di Inggris melaporkan bahwa bencana itu masih menyisakan level toksin yang tinggi. Kandungan zat beracun carbon tetrachloride dari air tanah di Bhopal masih 900-2.400 kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia. Selain itu, kadar chloroform dari air tanah itu dua kali lipat lebih besar dari batas maksimal yang ditetapkan Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS.
“Pabrik mengeluarkan porsi sampah beracun yang sangat besar,” ungkap Colin Toogood Pemimpin Studi Ilmiah BMA. “Di beberapa bagian pabrik dengan kedalaman tanah 100 meter ditemukan kadar racun mencapai 100 persen. Ada juga area di mana kita bisa menemukan sampah merkuri di atas permukaan tanah,” kata Toogood. Sementara itu, ratusan ribu orang lainnya menderita penyakit kronis jangka panjang. Akibatnya, banyak anak yang lahir 25 tahun setelah kejadian terinfeksi gas beracun.
Pengakuan Pekerja BHOPAL
BHOPAL, KOMPAS.com — TR Chouhan berjalan melewati sisa pabrik pestisida Union Carbide yang berkarat di Bhopal, India. "Saya sering ke sini," katanya. "Kami dulu bekerja di sini, sekarang beginilah kondisi pabrik ini. Rasanya sangat menyakitkan."
Chouhan mantan pekerja pabrik itu berusia 10 tahun ketika bencana terjadi 25 tahun lalu. Tidak lama selepas tengah malam pada 3 Desember 1984, awan gas metil melayang-layang di atmosfer Bhopal. Di luar tembok pabrik, ketenangan warga dengan cepat menjadi kekacauan. "Semua orang mulai berteriak, 'Ada kebocoran gas, ada kebocaran gas!' Maka kami mulai berlari," kenang seorang warga Bhopal, Bashiran Bi, seperti dikutip CNN, Kamis. "Saat kami melangkah ke luar rumah, tidak ada ruang di jalanan," kata Hamid Qureshi, saksi hidup yang lain. "Kekacauan di mana-mana. Orang berlari ke segala arah." Dalam waktu beberapa jam saja, lebih dari 3.000 orang tewas. Ribuan lainnya tewas pada hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun berikutnya. "Orang masih terus meninggal (akibat bencana itu)," kata Satinath Sarangi, pengelola Sambhavna Trust Clinic. "Bulan ini, minggu ini, seseorang bisa saja meninggal karena paparan yang terjadi pada tahun 1984 itu, dan masih ada 100.000 orang atau lebih yang sedang menderita sakit kronis." Klinik Sarangi melakukan kegiatan amal dengan menyediakan perawatan dan pengobatan gratis bagi korban yang masih hidup. Lebih dari 150 pasien datang setiap hari. Lebih dari 22.000 orang terdaftar sebagai pasien dengan perawatan jangka panjang. Sarangi masuk ke Bhopal segera setelah bencana itu terjadi. Semula ia memperkirakan pekerjaannya hanya untuk sekitar seminggu. Faktanya, dia berada di sana sejak saat itu hingga kini.
Hal yang sama dialami Abdul Jabbar yang memimpin demonstrasi publik atas nama korban gas, tak lama setelah bencana. Dia mendampingi mereka sejak saat itu. Jabbar merupakan kepala dari Bhopal Gas-Affected Working Womens' Union yang anggotanya melakukan pertemuan rutin di taman publik setiap Sabtu. Mereka menyerukan perlawanan terhadap ketidakadilan kepada siapa saja yang mau mendengarkan. "Kami telah melakukan lebih dari 5.000 kali unjuk rasa di sini," kata Jabbar. "Kami melakukan protes terhadap negara dan siapa saja yang terkait." Tuntutan utama Jabbar mendorong para aktivis lain. Mereka menginginkan lebih banyak pengobatan dan bantuan keuangan. Mereka menginginkan seseorang yang membersihkan bekas pabrik Union Carbide yang sudah bobrok. Mereka menginginkan seseorang dituntut secara kriminal atas bencana itu.
Korporasi Union Carbide yang berbasis di Amerika Serikat (AS) telah membayar biaya settlement sebesar 470 juta dollar AS tahun 1989. Setelah itu, korporasi tersebut menghindar dari segala kewajiban atau tanggung jawabnya untuk membersihkan tempat itu. Dalam sebuah pernyataan tertulis kepada CNN, juru bicara Union Carbide, Tomm Sprick, mengatakan, "Pemahaman kami adalah bahwa pemerintah pusat dan negara bagian India telah memiliki rencana untuk membersihkan tempat itu dan kami berharap mereka akan melanjutkannya dengan rencana-rencana remediasi.". Dua belas tahun setelah bencana, Union Carbide menjadi bagian dari Dow Chemical Corporation. Dow juga menolak permintaan untuk membersihkan situs Bhopal. "Faktanya, Dow tidak pernah memiliki atau mengoperasikan fasilitas di Bhopal," tulis juru bicara Dow, Scot Wheeler, dalam sebuah pernyataan yang dikirim keCNN.
Kembali ke lahan pabrik itu, Chouhan menunjuk ke arah rawa. "Ini merupakan tempat pembuangan limbah pabrik Union Carbide," ungkapnya. "Bahkan sampai hari ini, ada banyak zat kimia di sini, yang terus-menerus mencemari air tanah." Namun, Union Carbide dan banyak pegawai pemerintah lokal menegaskan, tidak ada bukti meyakinkan tentang air tanah yang tercemar. Namun, Chouhan tidak setuju. "Bau air yang keluar dari sumur pompa warga sekitar sini sama dengan bau yang dapat Anda rasakan saat berdiri di sini, sekarang ini." Chouhan, sebagaimana Sarangi dan Jabbar, mengaku berkomitmen untuk memastikan bahwa bencana itu tidak pernah dilupakan. "Jika kita tidak belajar dari kasus ini," ia mengingatkan, "maka besok Bhopal yang lain akan terjadi." "Dengan berlalunya waktu, kami mencoba untuk melupakan banyak hal," tambah Jabbar. Banyak orang berpikir, kata Sarangi, bencana itu merupakan sesuatu yang mengerikan. Namun, itu terjadi di masa lalu, dan mereka telah dibayar dengan uang banyak. Sekarang segala sesuatunya baik-baik saja. "Jadi, berita pertamanya adalah kita harus berhenti (mempersoalkan), yang justru merupakan berita sedih: bencana itu masih berlangsung."
Hampir 26 tahun setelah awan gas mematikan keluar dari sebuah pabrik pestisida mencekik masyarakat Bhopal, India dengan asap beracun. Hari Senin (7/06) lalu sebuah pengadilan India menyatakan delapan warga India bersalah atas kelalaian tersebut.
Tujuh terdakwa dikenakan denda dan hukuman maksimum dua tahun penjara, sedangkan terdakwa kedelapan yang dituntut sudah meninggal dunia. Pengadilan tidak menyebut menuntut Warren Anderson, warga Amerika yang merupakan Pemimpin Perusahaan Union Carbide (UCC) dan pemilik pabrik tersebut saat bencana itu terjadi pada tahun 1984.
Anderson adalah salah satu dari sembilan orang yang dituduh oleh pemerintah India pada tahun 1987. Dia melarikan diri ke Amerika Serikat dan menolak untuk muncul di pengadilan. Upaya untuk mengekstradisi warga Amerika itu mengalami kegagalan.
Putusan pengadilan itu telah menimbulkan kemarahan kelompok hak asasi manusia. Amnesty International (AI) mendesak pemerintah Amerika Serikat dan India untuk mengambil langkah-langkah bagi keadilan semua pihak. "Kami merasa marah dan dikhianati. Ini bukan keadilan. Ini adalah parodi keadilan, "kata Hazra Bee dari Kampanye Internasional untuk Keadilan di Bhopal dalam sebuah pernyataan pers. "Hukuman remeh ini adalah sebuah tamparan bagi penderitaan para korban Bhopal," kata Bee, yang menjanjikan bahwa korban akan menantang keputusan tersebut pada lembaga hukum yang lebih tinggi. "Hasil Keputusan pengadilan bagi terdakwa warga India dalam kasus ini jelas tidak cukup. Pemerintah India dan Amerika Serikat harus memastikan bahwa terdakwa asing, termasuk UCC, juga harus diadili," kata direktur Amnesty International bidang Isu Global, Audrey Gaughran dalam siaran pers.

· Kelalaian

Tragedi gas Bhopal telah dianggap sebagai bencana korporat terburuk yang pernah ada. Pada pagi hari tanggal 3 Desember 1984, 40 ton metyl isocyanate (MIC), suatu bahan kimia yang sangat beracun dan mudah menguap, bocor dari wadah penyimpanan di pabrik yang dimiliki oleh Union Carbide India Limited (UCIL), anak perusahaan UCC Amerika.
Perusahaan ini menyimpan MIC dalam jumlah yang lebih besar dari yang direkomendasikan. Dalam upaya untuk memotong biaya, perusahaan telah mematikan pendingin di sekitar bahan kimia, padahal bahan kimia tersebut harus disimpan pada suhu 32 derajat Fahrenheit, demikian keterangan dari Kampanye Internasional untuk Keadilan di Bhopal.
Gas yang bocot tersebut dengan cepat menewaskan 7.000 hingga 10.000 orang. Jumlah ini adalah angka menurut perhitungan Amnesty dan jumlah yang tak terhitung lainnya yang terus bertambah.
Menurut Bhopal Medis Banding (BMA), orang Bhopali mengalami berbagai macam penyakit akibat dari kebocoran gas dan kontaminasi bahan kimia beracun lain yang dikeluarkan pabrik ke air tanah. Sejumlah penyakit itu antara lain kanker, kebutaan, kepincangan, keterbelakangan mental, kelahiran cacat, dan kesulitan reproduksi.

· Kompensasi

UCC ikut berpartisipasi dalam upaya bantuan cepat dan membayar biaya penyelesaian sebesar $ 470.000.000. Dalam sebuah pernyataan, UCC mengklaim bahwa kebocoran itu adalah hasil dari sabotase yang disengaja. Namun menurut Kampanye Internasional untuk Keadilan di Bhopal, klaim yang dikatakan UCC tersebut tidak pernah terbukti.
Michigan adalah basis Dow Chemicals, yang membeli UCC pada tahun 2001. Perusahaan ini menyangkal bertanggung jawab lebih lanjut atas kondisi ini. Ia mengklaim semua kasus telah diselesaikan. Sebuah pernyataan di situs Dow mengkutip sebuah sumber media India dari tahun 2006 yang mengatakan, "Semua kasus klaim kompensasi awal oleh para korban tragedi gas Bhopal 1984 telah diselesaikan. ... Dengan selesainya klaim kompensasi awal dan petisi revisi, tidak ada kasus yang ditunda."
Puluhan tahun berlalu, kasus hukum atas tragedi Bhopal yang menewaskan 15 ribu orang lebih masih terkatung-katung. Hari ini, sebuah pengadilan India menghukum tujuh karyawan senior mantan anak perusahaan Union Carbide di India dengan dakwaan "kematian oleh kelalaian" untuk peran mereka dalam tragedi gas Bhopal lebih dari seperempat abad yang lalu. Tragedi itu merupakan bencana industri terburuk dalam sejarah dunia. Perusahaan itu, Union Carbide India Ltd, juga dinyatakan bersalah dengan dakwaan sama. Sayangnya, perusahaan itu tidak lagi ada. Para mantan karyawan yang diadili, banyak dari mereka kini berusia 70-an tahun, menghadapi hukuman dua tahun penjara. Namun hakim tak mengumumkan hukuman atas masing-masing.
Para korban selamat dan keluarga keluarga yang tewas, bersama dengan aktivis hak azasi, berkumpul di kota itu dan meneriakkan slogan-slogan mengatakan putusan itu terlalu kecil dan terlambat.
Pada 3 Desember 1984, pabrik pestisida dijalankan oleh Union Carbide bocor dan sekitar 40 ton gas methyl isocyanate mematikan mencemari udara kota Bhopal di India tengah, dan seketika membunuh sekitar 4.000 orang. Pengaruh sisa-sisa racun menyebabkan korban tewashingga mencapai 15 ribu orang selama beberapa tahun.
Aktivis lokal bersikeras bilangan korban yang sesungguhnya hampir dua kali lipat, dan mengatakan perusahaan dan pemerintah telah gagal untuk membersihkan bahan kimia beracun di pabrik, yang ditutup setelah kecelakaan itu. Proses pengadilan kasus ini berjalan sangat lamban dan tidak efektif.
India Central Bureau of Investigation, badan atas investigasi di negara itu, awalnya menuduh 12 terdakwa: delapan pejabat senior perusahaan India; Warren Anderson, kepala Union Carbide Corp pada saat gas bocor, perusahaan itu sendiri, dan dua anak perusahaan. Tujuh dari delapan pejabat perusahaan India divonis Senin. Yang lainnya sudah meninggal. Anderson dan Union Carbide tidak pernah muncul di pengadilan.
Union Carbide yang dibeli oleh Dow Chemical Co pada tahun 2001. Dow mengatakan kasus hukum itu diselesaikan pada tahun 1989 ketika Union Carbide diselesaikan dengan pemerintah India dengan nilai 470 juta dolar AS, dan bahwa semua tanggung jawab untuk pabrik tersebut sekarang terletak pada pemerintah negara bagian Madhya Pradesh, yang kini memiliki situs bekas bencana itu.
Juli lalu, pengadilan yang sama di Bhopal telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas Anderson dan juga memerintahkan pemerintah India untuk menekan Washington untuk ekstradisi orang Amerika itu. Hakim tidak menjelaskan mengapa Anderson atau perusahaan kimia Amerika tidak diadili secara in absentia. Anderson ditahan sebentar segera setelah bencana terjadi, namun ia segera meninggalkan negara itu dan sekarang tinggal di New York.
sumber : http://wenysilvia130706.blogspot.com/2011/01/tragedi-bhopal.html



Bhopal, Tragedi Yang Masih Belum Terselesaikan

Pada malam menjelang 3 Desember 1984 pabrik pestisida milik perusahaan AS meledak di kota Bhopal. Sejumlah ton gas beracun menyebar keluar. Hingga kini warga setempat menderita penyakit berat karena tercemar gas beracun.

Gas beracun methyl-isocyanat ini dalam jumlah kecilpun dapat membuat mata terbakar, begitu juga selaput lendir serta paru-paru. Ketika itu warga yang masih tidur terbangun akibat ledakan dahsyat. Mereka berlarian keluar dari rumah. Namun hal itu malah membuat mereka mengalami kontak langsung dengan gas yang mematikan.
Pabrik perusahaan Amerika Serikat Union Carbide yang meledak itu bersebelahan langsung dengan kawasan kumuh kota Bhopal. Sejumlah warga tidak berhasil menyelamatkan diri. Organisasi kemanusiaan memperhitungkan hingga 30.000 warga tewas pada saat kecelakaan dan sesudahnya. Namun pemerintah India menyebutkan jumlah korban hanya mencapai 15.000 orang.
Beberapa bulan setelah kejadian itu ratusan bayi terlahir mati atau cacat berat. Sejumlah penduduk buta. Sampai sekarang ribuan warga menderita penyakit paru-paru, kanker atau kemandulan.
Sebuah tim pakar perusahaan Union Carbide mengatakan, ledakan terjadi karena ada air masuk ke dalam tanki gas. Sehingga terjadi reaksi berantai yang menyebabkan panas dan memicu pembentukan karbon dioksida. Tekanan hebat yang terjadi, menyebabkan sebuah ventil pecah dan sekitar 40 ton gas amat beracun sianida serta gas beracun lainnya menyebar keluar.
Akhir tahun 80an pemerintah India dan Union Carbide menyepakati ganti rugi senilai 470 juta Dolar AS bagi ratusan ribu korban yang tercemar gas beracun. Akan tetapi, organisasi kemanusiaan mengeluhkan, bahwa hingga kini tidak semua korban mendapat ganti rugi.
Sementara itu, Union Carbide sudah menjadi anak perusahaan AS Dow Chemical. Sedangkan Dow Chemical menyebutkan, pemerintah negara bagian Madhya Pradesh yang sebenarnya bertanggung jawab untuk membersihkan kawasan yang tercemar bahan beracun. Aktifis lingkungan serta hak asasi manusia mengatakan, di kawasan pabrik masih terdapat ratusan ton bahan kimia beracun yang mencemari tanah dan air.
Daniel Scheschkewitz / Andriani Nangoy
Editor: Agus Setiawan

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.