Kantong Plastik Ramah Lingkungan?
saya akan menyajikan info-info tentang "Kantong Plastik Ramah Lingkungan" yang saya peroleh dari berbagai sumber..
mari perhatikan..
Akhir-akhir ini isu pencemaran lingkungan akibat penggunaan plastik semakin banyak diperdebatkan. Salah satu bentuk aplikasi plastik dengan jumlah yang sangat besar adalah sebagai bahan kemasan. Di masa awal kemunculan plastik, isu pencemaran tidak terlalu banyak dibicarakan, namun melihat fakta yang terjadi sekarang tidak heran apabila plastik menjadi salah satu masalah besar bagi masyarakat dunia.
Industri sintesis plastik merupakan salah satu industri tersukses dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Pada masa sekarang ini semua industri berlomba untuk menjadi industri yang “hijau”, artinya tidak menimbulkan dampak lingkungan yang serius. Konsep ini sangat penting diimplementasikan mengingat saat ini kita sedang berhadapan dengan permasalahan limbah sampah plastik.
Menurut catatan Kementerian Lingkungan Hidup, seseorang setiap harinya menghasilkan sampah sebesar 0,8 kg, dan 15% diantaranya adalah sampah plastik. Dengan asumsi jumlah pendudk Indonesia 220 juta jiwa, maka sampah plastik yang dihasilkan mencapai 26500 ton per hari. Tidak bisa dibayangkan berapa besar jika sampah sebanyak itu ditumpuk di suatu tempat, dan itu dalam waktu sehari. Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah dampak pencemaran yang harus diterima bumi ini akibat komponen penyusun polimer plastik yang sukar didaur ulang secara alami.
Salah satu solusi untuk membantu mengurangi permasalahan ini adalah digunakannya bahan penyusun plastik yang bisa mengubah sifat plastik menjadi degradable, walaupun hanya secara parsial, artinya belum 100% terdegradasi dan masih butuh waktu yang cukup lama. Salah satu teknologi yang sekarang banyak digunakan adalah oxidatively degradable, dimana suatu bahan plastik bisa terdegradasi akibat kontak dengan cahaya, panas, dan udara. Teknologi ini pada prinsipnya adalah melakukan penambahan zat aditif yang mengandung senyawa asam lemak (fatty acid) dari logam transisi yang spesifik sebagai unsur utama aktif. Senyawa ini bertindak sebagai katalis dalam mempercepat reaksi normal degradasi oksidatif dengan meningkatkan laju reaksi keseluruhan beberapa kali lipat. Dengan kata lain, ada tambahan zat tertentu yang akan menyebabkan proses penguraian menjadi lebih cepat dibandingkan dengan plastik biasa. Beberapa produk oxo yang beredar di Indonesia adalah : EPI, Clariant, Oxium, P-life, dan lain-lain.
Perlu dipahami bahwa fungsi dari teknologi ini hanyalah sebatas memecahkan menghancurkan bentuk plastik, bukan menguraikan secara penuh. Bentuk plastik akan mudah terpecah menjadi potongan berukuran mikroskopik (bobot molekul kurang dari 40.000). Dengan mendapat bantuan dalam proses penghancuran, maka siklus degradasi bisa dipercepat. Namun polimer plastik yang telah hancur dan membentuk serpihan tak kasat mata masih mempunyai potensi untuk menjadi racun. Hal ini yang masih belum dipahami oleh masyarakat luas.
Saat ini banyak supermarket besar yang menggunakan kantong plastik berlabel “degradable”, misalnya Carrefour, Alfamart, Indomaret, dan sebagainya. Umumnya yang digunakan adalah jenis oxidatively degradable. Masyarakat awam cenderung berpikir bahwa plastik jenis tersebut bisa terurai secara alami, nyatanya hanyalah sekedar hancur. Fenomena seperti ini terjadi dalam skala luas yang menyebabkan kesalahpahaman yang mendasar, sedangkan pihak supermarket yang mempromosikan penggunaan plastik ini tidak sekaligus memberi pelayanan edukasi dengan menyediakan informasi secara lengkap, malah banyak juga yang menganggap itu sebagai pembohongan publik. Biasanya di lembaran plastik ini terdapat kalimat “plastik ramah lingkungan”, “plastik ini akan hancur dengan sendirinya”, “plastik biodegradable”, atau “100% degradable.”
Penggunaan plastik jenis ini tentu dibuat dengan memiliki manfaat. Dampak positif yang dihasilkan diantaranya adalah membantu mempercepat proses degradasi polimer plastik. Menurut beberapa penelitian disebutkan bahwa oxidatively degradable mempunyai kecepatan terurai 4-10x lebih cepat dibanding plastik biasa. Siklus penguraian yang semula butuh waktu sampai ribuan tahun bisa direduksi menjadi 5 bulan sampai 9 tahun. Dampak yang lain adalah memperkecil volume dan ukuran sampah plastik. Fungsi ini cukup penting mengingat kita banyak menghadapi masalah akibat volume sampah plastik, misal bencana banjir yang disebabkan terganggunya sistem sanitasi kota karena penyumbatan oleh volume plastik.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan juga cukup mengkhawatirkan, yaitu terakumulasinya serpihan-serpihan hasil penghancuran plastik, yang masih mempunyai potensi bahaya bagi lingkungan, terutama jika tersuspensi di dalam udara atau air di sekitar kita. Perlu diketahui juga bahwa monomer plastik bisa memicu kanker (karsinogen), misalnya vinil klorida, stiren, dan acrylon. Plastik Oxo-degradable mengandung unsur seperti : logam kobalt, mangan, atau besi sebagai komponen zat aditif yang membantu proses agar plastik lebih cepat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dengan bantuan panas atau cahaya, yang kemudian terurai oleh mikroba. Penggunanan logam ini secara terus menerus berpotensi menimbulkan efek negatif tertentu di lingkungan pembuangan. Akumulasi monomer plastik juga berpotensi merusak populasi hewan karena mempunyai kemungkinan termakan oleh invertebrata, serangga, ikan, burung, dan hewan lainnya.
Penggunaan teknologi ini masih terdapat pro dan kontra, di satu sisi oxo-degradable mampu mempercepat penguraian, namun di sisi lain bisa menimbulkan potensi bahaya yang baru. Terlepas dari dampak positif dan negatif, tujuan utama penggunaan plastik oxo degradable ini adalah mengurangi pemakaian plastik. Untuk saat ini masih sangat sulit untuk meninggalkan bahan plastik sebagai kemasan dan kantong plastik. Yang perlu ditingkatkan adalah rasa kesadaran kita untuk berusaha mengurangi penggunaan plastik.
dan menurut media massa..
JAKARTA - Trend kantong plastik (kresek) ramah lingkungan yang mudah terurai dan mengandung zat aditif tak berbahaya bagi kesehatan (food grade), saat ini mulai diminati pasar.
Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri Suhat Miyarso mengatakan banyak produsen plastik yang tertarik membuat produk ini.
“Memang belum semua sih, tapi sudah mulai banyak karena trendnya memang kesana,” terangnya di Jakarta, Senin (9/8/2010).
Untuk Chandra Asri sendiri, menurut Suhat, sejak awal Agustus lalu telah memproduksi plastik yang ramah lingkungan.
Chandra Asri sendiri, sambungnya, memproduksi sebanyak 70 ribu ton plastik ramah lingkungan per tahun.
“Ditambah lagi telah mendapat label halal dari MUI, diharapkan dapat menguasai pasar kantong plastik,” tuturnya.
Suhat mengatakan, untuk mempercepat penetrasi kantong plastic ramah lingkungan pihaknya membangun kerjasama dengan dengan INAplas dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Ditemui di tempat sama, Ketua Harian Aprindo Tutum Rahanta mengatakan, ritel modern mulai berlomba menggunakan kantong plastic ramah lingkungan. Hal ini marupakan bentuk upaya ritel dalam menjaga lingkungan.
Hingga saat ini, lanjut Tutum ,baru sekira 70-80 persen ritel modern yang mengunakan kantong plastic ramah lingkugan. Untuk meningkatan hal itu, langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada ritel.
“Sebenarnya bukan ke konsumen tapi lebih ke ritel karena ritel merupakan pemakainya. Konsumen seperti biasa saja menggunakan itu, yang penting tidak berbahaya dan beracun,”tuturnya.
Tutum menuturkan. perbedaan harga antara kantong plastic biasa (non ramah lingkungan ) dan plastik ramah lingkungan hanya sekira 1,5 persen.
“Mending kita keluarkan 1,5 persen lebih mahal dari pada lingkungan rusak,” tegas Tutum.(adn)
(Sandra Karina/Koran SI/rhs)
Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri Suhat Miyarso mengatakan banyak produsen plastik yang tertarik membuat produk ini.
“Memang belum semua sih, tapi sudah mulai banyak karena trendnya memang kesana,” terangnya di Jakarta, Senin (9/8/2010).
Untuk Chandra Asri sendiri, menurut Suhat, sejak awal Agustus lalu telah memproduksi plastik yang ramah lingkungan.
Chandra Asri sendiri, sambungnya, memproduksi sebanyak 70 ribu ton plastik ramah lingkungan per tahun.
“Ditambah lagi telah mendapat label halal dari MUI, diharapkan dapat menguasai pasar kantong plastik,” tuturnya.
Suhat mengatakan, untuk mempercepat penetrasi kantong plastic ramah lingkungan pihaknya membangun kerjasama dengan dengan INAplas dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Ditemui di tempat sama, Ketua Harian Aprindo Tutum Rahanta mengatakan, ritel modern mulai berlomba menggunakan kantong plastic ramah lingkungan. Hal ini marupakan bentuk upaya ritel dalam menjaga lingkungan.
Hingga saat ini, lanjut Tutum ,baru sekira 70-80 persen ritel modern yang mengunakan kantong plastic ramah lingkugan. Untuk meningkatan hal itu, langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada ritel.
“Sebenarnya bukan ke konsumen tapi lebih ke ritel karena ritel merupakan pemakainya. Konsumen seperti biasa saja menggunakan itu, yang penting tidak berbahaya dan beracun,”tuturnya.
Tutum menuturkan. perbedaan harga antara kantong plastic biasa (non ramah lingkungan ) dan plastik ramah lingkungan hanya sekira 1,5 persen.
“Mending kita keluarkan 1,5 persen lebih mahal dari pada lingkungan rusak,” tegas Tutum.(adn)
(Sandra Karina/Koran SI/rhs)
jadi, menurut sumber diatas.. marilah kita menggunakan plastik ramah lingkungan.. :D
Post a Comment